Thursday, October 25, 2007

.- -.- ..- / -- . -. --. .- -.- ..- ..


-.- . .- -.. .- .- -. / .. -. .. / -- . -- -... .- -. - ..- -.- ..- / -- . -- -... ..- -. ..- .... -- ..-

Tuesday, October 23, 2007

Damai kami sepanjang hari

Bocah-bocah cilik ini tingkah polahnya lucu-lucu...


Foto di atas di ambil di Terminal Kampung Rambutan dalam suasana mudik H-1...Seorang anak yang kayaknya bingung dengan bawaannya yang banyak...mungkin dia juga pemudik...kenapa dia nggak nyewa porter aja ya? .:p






Yang ini lain lagi...anak seorang kerabat ini udah sadar kamera tampaknya..gayanya macem2..kalau bisa mungkin sampe guling2....:)

Masih bocah yang sama...tanpa rekayasa lho...entah perintah dari mana tapi hari itu si bocah rajin sekali, menyapu hampir semua halaman rumah, dan nggak peduli sama sekitarnya yang melongo memperhatikan dia. Di potret pun cool cool aja...serius banget sih.

Monday, October 8, 2007

Pulang


Tiada pengembara yang tak merindukan
sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada
di balik iklan yang ia baca di perjalanan.

Tiada rumah yang tak merindukan seorang ibu

yang murah berkah, bahkan jika ibu tinggal ada
di bingkai foto yang mulai kusam.


Lebih baik punya ibu daripada punya rumah,
kata temanku yang rumahnya konon baru enam

sementara sosok ibunya belum juga ia temukan.

Ya lebih baik punya keduanya, kata saya,

dan entah mengapa airmatanya leleh perlahan.


Oleh: Joko Pinurbo (Tiada, 2003)

Selamat mudik ke kampung halaman.....

Saturday, October 6, 2007

retro-kausalitas



Jumat tengah hari, terik dan panas, sangat gerah rasanya. Puasa pula. Tidak hanya itu, seorang ibu-ibu yang kebetulan teman kuliah ku dengan wajah kusut dan memelas memohon bantuan menyalakan mobilnya yang mogok. Ibu yang malang. Hmm...tapi buatku, inikah cobaan di tengah hari setelah "hari tidur nasionalku" gagal karena khutbah jumat kali ini sangat menarik.

Setelah berlagak seperti montir amatir yang grogi karena kurang paham mesin mobil akhirnya di saat yang tepat aku ambil kesimpulan masalahnya ada di aki. Kayaknya mesti didorong. Dengan mengerahkan bala bantuan kaum mahasiswa S1 yang entah kenapa hobinya main kartu remi mulu, akhirnya mobilnya berhasil aku nyalakan.

Sampai di rumah, segera cepat-cepat aku nyalakan acara TV yang bulan ini rating-nya sedang naik, Adzan Maghrib! Kenyang dengan sop buah aku segera meluncur ke Ibu Kota Jakarta lagi.

Di tengah perjalanan tiba-tiba khutbah yang disampaikan khotib jumat tadi menggangguku. Dalam ceramahnya itu dia menyampaikan beberapa hadist Nabi dan hadist Qudsi yang salah satunya berbunyi:

Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang.

Aku sengaja memberi tekanan pada kata-kata diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang karena menurutku ini menarik. Benarkah kalau kita melaksanakan apa yang disunahkan dalam hadis tersebut maka di masa yang akan datang dosa-dosa yang kita lakukan secara otomatis diampuni. Ibaratnya tabungan,
auto debet lah. Bukankah selama ini ada hukum sebab akibat yang jelas bahwa apa yang kita lakukan akan ada akibatnya di masa yang akan datang. Bukan sebaliknya, apa yang kita lakukan di masa yang akan datang, misalnya dosa, ganjarannya sudah kita rasakan sejak sekarang.

Ingatanku melayang-layang melewati ruang waktu menuju tahun2 awal di Jogja. Pernah ku baca sebuah teori, retro-causality. Teori yang berangkat dari teori fisika kuantum ini secara umum menjelaskan kalau segala sesuatu sebenarnya berlaku asas retro kausalitas. Kalau A bisa mengakibatkan B di masa yang akan datang, maka sebaliknya B di masa yang akan datang bisa mengakibatkan A di masa sekarang. Kalau sesuatu bisa berlaku ke depan, maka mestinya dia juga bisa berlaku kebelakang. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan ide-ide tentang
time travel.

Sejak membaca buku-buku David C. Korten aku memang sedikit tidak percaya dengan ilmu exacta yang newtonian. Aku lebih percaya relativitas Einstein dan teori kuantumnya. Jadi ketika membaca teori retro kausalitas aku segera terdoktrin bahwa segala sesuatu adalah relatif dan mungkin.

Mungkin konsep sederhana tentang teori retro kausalitas ini bisa kita perhatikan dalam ilmu hukum. Ada asas retroaktif, atau hukum yang berlaku surut. Kalau kejahatan dilakukan ketika hukumnya belum dibuat maka seseorang yang melakukan kejahatan itu dapat dituntut dg hukum yang baru itu. Tapi kebetulan sistem hukum kita tidak memakai asas ini meskipun dalam beberapa kasus seperti Perpu Penanganan Bom Bali yang nyata-nyata berlaku surut.


Pertanyaannya sekarang, jangan-jangan keadaan kita sekarang sebenarnya akibat dari tindakan-tindakan kita di masa yang akan datang yang belum kita lakukan. Kebahagiaan atau kesenangan yang kita rasakan sekarang mungkin karena di masa yang akan datang kita banyak berbuat baik, begitu pun sebaliknya. Jadi kemungkinan juga, gerah, dan panas yang aku rasakan di hari jumat itu adalah akibat aku kurang ikhlas menolong ibu itu...Maaf Bu ya?

Memang tak ada yang mustahil di dunia kalau sudah menyangkut kehendak Tuhan...