Wednesday, March 5, 2008

"Happiness is only real when shared": Into the wild



Berawal dari pencarian DVD film City of God, penjaja DVD menawarkan Into the Wild kepada saya. Katanya "kalau mas suka film-film macam gini, pasti suka yang ini juga". Akhirnya saya beli keduanya.

Malam berikutnya saya tontonlah Into the Wild bersama teman-teman di rumah. Dan memang, sejak malam itu saya tidak bisa berhenti memikirkan film tersebut. Into the Wild secara tiba-tiba mempengaruhi. Dia seperti memperkuat satu sisi dari kehidupan kita yang rentan di bumi ini, "pencarian jati diri" (the truth within).

Film ini disutradarai oleh Sean Penn, diangkat dari novel kisah nyata yang ditulis oleh Jon Krakauer. Karakter tokoh utama makin kuat oleh Emile Hirsch yang memang hobi berperan sebagai "rebell", anti kemapanan.


Namun, yang jelas sejak menonton film tersebut pandangan hidup mengenai materi, aktualisasi diri dan hal-hal yang terkait dengan kehidupan makin bergeser. Bagaimana Crhristopher Johnson McAndels sang 'supertramp" mendonasikan semua uangnya ke Oxfam, lalu membakar sisanya diperjalanan, menggunting semua kartu kredit dan identitas diri, lalu berkelana secara "penniless" demi satu tujuan: ALASKA, semua itu memberi pandangan bahwa ternyata tanpa materi atau uang pun sebenarnya kita bisa menikmati hidup...."I've never been as happy as when I was penniless"

Sepanjang perjalannya dua tahun memenuhi obsesi ke Alaska, ia bertemu dengan banyak orang, namun dengan keramahannya dan keteguhan hatinya ia mampu membuat orang-orang yang ditemui manjadi sangat menyukainya. Adegan yang paling saya suka adalah ketika di tengah perjalanan ia memakan sebuah apel. Dia begitu menikmati apel tersebut, memujinya, dan memakannya seolah-olah itu adalah apel paling enak di dunia.

Kesederhanaannya membuat orang lain menyukainya. Ia bisa bekerja di sebuah ladang pertanian, atau di toko burger, bahkan bersahabat baik dengan pemiliknya. Sense of humour dan perspektifnya juga menyenangkan. Sehingga kalau diperhatikan kisah ini mirip-mirip dengan acara "jejak si gundul", bedanya Chris memiliki tujuan yang kuat yaitu menuju Alaska, sementara Si Gundul nggak jelas mau kemana.

Beberapa hal lain yang saya suka dari film ini misalnya: Keyakinan chris, integritas, COMMITMENT. Lalu, the relationships, and the way they differed, but all showed that loving someone SO MUCH can sometimes mean letting them go, (away even) ... and even if you are worried for their judgement or their future or them forgetting about you ... when you really love someone you want them to fully realize who THEY are MORE than you want to see their beautiful face everyday. [Sometimes, maybe, the two are not mutually exclusive.] Hehehehe..saya yakin hal ini pasti debatable di antara kita.

Dan, endingnya yang luar biasa sewaktu di "Magic Bus" Alaska, di tengah sekarat akibat kecerobohannya memakan tanaman beracun, ia ternyata menyadari bahwa manusia hidup memang mesti bersama, kata-kata terakhir yang sempat dituliskannya :"Happiness is only real when shared".

4 comments:

Anonymous said...

Thanks Lam buat reviewnya. Btw, aku dah beberapa kali baca ulasan soal film ini and all of them said this film is totally cool. Jadi pengen nonton niyyy

RonggoLawe said...

Iya Thea...emang keren banget.Tapi kalau mau beli DVD bajakan sekarang kayaknya lagi susah,pada tutup...Mungkin setorannya kurang ke pejabat2 itu...:p

Anonymous said...

saya sudah baca dua buku karya Jon Krakauer (into the wild dan into thin air). keduanya sangat menyentuh.

tapi kalau filmnya, saya belum pernah nonton. padahal keduanya sudah difilmkan.

jadi bikin penasaran...

Anonymous said...

film bagussss... =)