Tuesday, September 25, 2007

Visit Indonesia Year 2008: Cintaku di Way Kambas

Beberapa hari yang lalu saya secara tidak sengaja menonton sebuah tayangan siaran langsung di sebuah stasiun tv nasional. Tema acara yang dibawakan oleh kementrian kebudayaan dan pariwisata adalah "tahun kunjungan Indonesia 2008, atau Visit Indonesia Year 2008". Acaranya sebenarnya membosankan dan jauh sekali dari bayangan saya. Nah, malam ini tiba-tiba saya teringat sebuah film yang pada tahun 1990-an cukup terkenal, terutama buat masyarakat Lampung, judulnya "cintaku di way kambas". Dulu seingat saya, film ini diputar di kampung-kampung melalui layar tancap di Provinsi Lampung, karena baik lokasi syuting dan cerita dalam film tersebut mengangkat nama provinsi penghasil kopi tersebut.
cuplikan film "cintaku di way kambas" (wikipedia)

Film tersebut dibintangi oleh Ira Wibowo yang menceritakan dua orang wanita, Mega (Ira) dan Intan (Rini S. Bono), yang sedang mengikuti rally mobil. Memang di tahun 1980 dan 1990-an, provinsi Lampung merupakan tempat favorit rally mobil, banyak event2 rally diselenggarakan di sana menyusul banyaknya perkebunan kelapa sawit dan karet maupun tebu yang memiliki jalan2 tracking tanah. Di awal cerita, mobil kedua wanita tersebut di hadang oleh kawanan gajah liar yang sedang melintas. Dan kebetulan di daerah tersebut sedang marak perburuan gajah untuk diambil gadingnya. Mereka akhirnya ditolong oleh Jaro seorang pelatih gajah di TN Way Kambas. Film ini memang tidak lain ingin mempopulerkan kawasan sekolah gajah tersebut kepada masyarakat Indonesia, terutama dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata ke daerah tersebut. Kawasan wisata dan pelatihan gajah ini mengalami kejayaannya pada medio 1990-an. Dan dulu seingat saya, logo Visit Indonesia Year 1991 kalau tidak salah menggunakan gambar gajah.


Lalu apa khabar Way Kambas sekarang?

Akhir bulan Maret 2007 yang lalu, saya dan dua orang rekan berkesempatan berkunjung ke TN Way Kambas. Namun tujuan utama kunjungan kami sebenarnya bukanlah tempat pelatihan gajahnya, melainkan kawasan hutan konservasi way kanan yang juga masuk ke dalam kawasan TN Way Kambas. Hanya bedanya, jika tempat pelatihan gajah dapat dikunjung oleh masyarakat umum setiap waktu, hutan konservasi way kanan hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang yang telah memiliki ijin khusus dari Kepala TN Way Kambas.

Dalam tulisan kali ini saya mungkin hanya akan menceritakan bagaimana kondisi Way Kanan dan Way Kambas melalui gambar-gambar hasil jepretan seorang rekan perjalanan saya.
Gambar di atas adalah pintu gerbang TN Nasional Way Kambas yang berupa pertigaan, jika mengikuti jalan utama yang berbelok ke kanan menuju pusat pelatihan gajah, maka jika lurus kita akan memasuki kawasan hutan way kanan dengan terlebih dahulu melewati sebuah pos polisi hutan (jagawana) yang disebut "plang ijo".

Buat yang suka petualangan alam liar, atau yang ingin mencoba cara berwisata yang baru, way kanan bisa menjadi salah satu alternatif. Ketika kami berkunjung kesana kebetulan ada seorang investor asal Australia yang telah bekerjasama dengan pihak setempat untuk menjadikan way kanan sebagai obyek wisata alam liar. Kalau ingin penginapan yang sedikit nyaman, tidak jauh dari plang ijo ada sebuah homestay bernama "kalpataru" yang bertarif 100rb-ab rupiah per malam, bisa untuk berkelompok 4 orang.

Jika kita melanjutkan perjalanan dengan berkendara motor dari plang ijo, kita akan menyusuri jalan kecil selebar mobil, berpasir putih padat dan batu dengan sisi kanan kiri berupa hutan hujan tropis (bekas hutan produksi). Selama menyusuri jalan tersebut kami menemui beberapa satwa liar yang melintas, seperti ayam hutan, dan burung-burung. Beberapa plang peringatan dibuat karena seringnya satwa liar yang melintas. Jika kita beruntung, kita bisa berpapasan dengan babi hutan, gajah liar, badak liar, beruang madu, tapir, kera ekor panjang, atau bahkan harimau sumatera (kalau ini kita mesti naik kendaraan mobil paling tidak). Sayang sekali dalam perjalanan tersebut kami hanya berpapasan dengan beberapa jejak dan sisa kotoran gajah .
Sekitar setengah jam kemudian, terdapat pertigaan, ke kanan merupakan wilayah Sumatran Rhino Sunctuary (SRS) atau pusat suaka badak sumatra. Disana terdapat beberapa badak yang berusaha dikembangbiakkan mengingat semakin terancamnya badak sumatra dari kepunahan. Kami menyempatkan diri berkunjung ke srs namun sayang sekali tidak berkesempatan menyaksikan badak secara langsung karena beberapa badak masih dalam proses karantina, terutama badak "andalas" yang baru saja datang dari cincinnatti, AS. Andalas saat ini menjadi ikon dan selebritis di SRS. Badak yang baru saja puber tersebut diharapkan bisa menjadi pejantan tangguh menggantikan seniornya yang gagal menghasilkan keturunan. Secara keseluruhan kompleks suaka tersebut sangat lengkap, dengan peneliti hingga dokter hewan serta pekerja dan peralatan modern, bahkan terhubung dengan internet melalui jaringan satelit.

Setengah jam berikutnya sampailah kita di kompleks resor way kanan, berupa pondokan-pondokan dan pos polisi hutan. kompleks resor ini tepat berada di samping sebuah sungai.
foto di atas adalah rumah panggung tempat kami menginap. kami hanya menginap satu malam, dengan biaya mengganti solar untuk penerangan sebesar 100rb rupiah.
bapak-bapak polisi hutan di resor way kanan sangat ramah-ramah. bahkan mereka mengajak kami berpatroli selama tiga hari di hutan....:) ajakan yang membuat kami secara spontan langsung menolak...bkan karena takut, tapi memang karena kami tidak berencana untuk menginap lebih dari satu malam.Patroli dengan speed boat, mestinya lebih menarik.Bagi yang ingin menyusuri sungai menuju muara, atau ingin menyaksikan satwa-satwa seperti buaya muara dan burung-burung di kawasan sungai, kita bisa menyewa speed boat yang tersedia disana. Dengan 400rb-an kita bisa berpetualang menuju muara yang jaraknya sekitar 80 km atau 2 jam perjalanan...Kalau kita berkelompok mungkin biaya sebesar itu tak terasa bila dibandingkan dengan pengalaman yang saya yakin pasti mengasyikkan.
Namun, ada laternatif lain jika memang kita ingin berjalan santai direrimbunan hutan, tidak jauh dari kompleks terdapat jungle track, berupa jalan setapak yang telah di pasangi blok-blok semen untuk mempermudah pejalan kaki. Dengan ditemani seorang jagawana bersenjata lengkap kita bisa menemui beberapa flora dan fauna liar dan langka selama menyusuri jalan tersebut. Jungle track ini jarak tempuhnya hanya sekitar 1 jam, dan memutar kembali ke kompleks resor. Sempat di perjalanan kami berpapasan dengan babi hutan yang mungkin sedang berkubang. Cukup membuat sedikit ngeri, tetapi jangan kuatir karena ada bapak jagawana yang siap sedia menjaga kita.Hari berikutnya, ketika kami mengakhiri petualangan di kawasan konservasi way kanan, kami menyempatkan berkunjung ke kawasan pelatihan gajah yang jaraknya sekitar setengah jam perjalanan lagi dari gerbang masuk TN Way Kambas. Memasuki kompleks sekolah gajah, kami berpapasan dengan seekor gajah kecil yang lucu dan induknya. Sorot matanya nakal, dan sepertinya tipikal gajah yang usil. Kami memberi nama anak gajah yang lucu itu "bona", entah sebesar apa bona sekarang ya....
Sekolah gajah yang ada saat ini berbeda dengan di tahun 1990-an...menyedihkan. Dulu seingat saya meskipun hari biasa, bukan hari libur, kawasan ini tetap ramai. Baik oleh turis asing maupun domestik, atau bahkan para peniliti. Namun sekarang, jika kita memasuki kawasan ini, aura nya berbeda, sangat lesu dan tidak bergairah. Banyak hal mungkin jadi penyebabnya, mulai dari mismanagement, sampai kurangnya perhatian pemerintah. Masyarakat saat ini pun begitu, objek wisata lokal atau di dalam negeri kurang dimintai oleh masyarakat kita sendiri. Banyak yang lebih memilih berwisata ke luar negeri dan menghabiskan uangnya di negeri orang. Padahal banyak hal unik dan indah di negeri ini, bahkan terlalu banyak sehingga tidak mungkin kita bisa kunjungi semua seumur hidup kita.Oya, jika bepergian ke pulau sumatera terutama Lampung, jangan lupa kunjungi pantainya. Sisakan satu hari untuk menyusuri pantai barat provinsi lampung, dari ibu kota Bandar Lampung menuju Liwa melalui Kota Agung...Selama perjalanan kita akan disuguhi pemandangan pantai yang luar biasa indah, terutama bila memasuki Liwa. Pantai barat Lampung ini berhadapan langsung dengan samudera hindia. Meskipun dekat pantai udaranya sejuk karena berupa dataran tinggi. Silahkan klik blog tetangga ini yang berisi cerita petualagan mereka di kawasan pantai barat Lampung: http://yenceu.multiply.com/photos/album/135

Ayo jalan-jalan ke Lampung!



***semua hak cipta atas foto-foto di atas ada pada Indie (www.trulyjogja.com) kecuali cuplikan foto film "cintaku di way kambas".


3 comments:

Anonymous said...

Besok ke Lampung, kalo lu nikah di sana:P

bulb-mode said...

Lesson learned:
*di way kanan ngga ada ATM!*
*bawa cash itu penting!*
Gara" ngga ada duit lagi, jd ngga bisa nae kapal d... :(
Btw, tiga hari yg lalu, aku pergi ke toko CD dan hampiiiiiir aja beli VCD 'Cintaku di Way Kambas' gara" gambar covernya jadul banget dan harganya cuma 19.900,-... huehe!

RonggoLawe said...

Thea: klo nunggu aku nikah mah...huk lama atuh....:p gimana klo pas honey moon mu aja thea...huehehe..aku mau jd guidenya..khan way kanan sepi banget..cocok buat yg baru nikah :p

bulb-mode: kok nggak dibeli sih? wahh buat koleksi juga bagus...biar tau bedanya way kambas jaman dulu dg skr...