Tuesday, August 7, 2007

Land-Clearing Simulation

Apakah Anda termasuk orang yang mudah cemas dan berkata :”Saya merasa seperti dikejar target,” ataukah selalu optimis dan berkata :”Saya menyukai tantangan baru.”


Beberapa waktu yang lalu saya diminta teman untuk membantunya mencari koordinat lengkap suatu wilayah di peta berikut luas wilayah tersebut di lapangan serta memasukkannya ke sebuah perangkat komputer untuk dilihat tampilannya dari udara. Bagi saya ini adalah hal baru, dengan latar belakang pendidikan yang sarjana HI saya sama sekali tidak pernah memperoleh pengetahuan tentang pemetaan atau sistem informasi geografi. Wahh kayaknya menarik juga, perlu dipelajari, ok saya coba. Dengan memori ilmu matematika (secara matematika saya jeblok juga waktu sekolah dulu...hehehe) dan sedikit pengetahuan tentang ilmu geografi waktu SMA (ini juga jeblok), dan sedikit logika (secara, saya orangny nggak logis), akhirnya kami berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut..ternyata menyenangkan. Bahkan saya berencana mempelajari lebih dalam tentang SIG.


Di dunia akademik yang sedang saya geluti sekarang ini setali tiga uang. Hal baru banyak saya temui, kadang tugas yang menumpuk dan teman-teman yang sering menggantungkan soal tugas ke saya kalau dirasakan sebagai beban pasti akan bikin stress. Bayangkan saja, kadang anda harus tidur hanya 3 jam setiap hari. Belum lagi jika ada order dari HQ di jakarta. Tapi syukurlah banyak hal bisa saya dapatkan. Kalau saya mengikuti gaya teman-teman saya tadi yang menyerah dengan kondisi, mungkin sekarang saya tidak mengenal yang namanya SPSS, Eviews, dan LISREL. Saya yakin keterampilan analisis kuantitatif dengan perangkat lunak komputer tersebut akan sangat berguna bagi saya kelak. Menyadari bahwa dengan cara seperti itu tubuh juga perlu diupgrade, maka olahraga juga perlu, ya tidak lain dan tidak bukan Aikido dan main bola plus waktu tambahan untuk hangout bersama teman-teman atau menonton pementasan.


Ada penelitian dari Salvatore R. Maddi dan Suzanne C. Kobasa : The Hardy Executive : Health Under Stress (Homewood, IL, Dow Jones-Irwin, 1984) menunjukkan bahwa mereka yang mananggapi stress dengan kesabaran, memandang pekerjaan sebagai tantangan yang menyenangkan, memandang perubahan sebagai peluang bertumbuh, mampu menghadapi stress secara lebih baik dan berhasil melewatinya tanpa kesulitan yang berarti.


Seolah merupakan paradoks, sebuah peristiwa (baca : pekerjaan) yang sama, dapat dipersepsikan berbeda tergantung dari cara seseorang men-sikapinya, apakah menggunakan pemahaman yang tepat atau sebaliknya. Demikian pula apakah peristiwa tersebut diinginkan ataupun tidak.


Sebuah peristiwa yang menegangkan apakah berupa target pekerjaan, deadline projek, tugas kuliah dsb. jika disikapi secara tepat dapat dianggap sebagai sebuah tantangan yang mengasyikkan. Apalagi jika peristiwa tersebut diberi muatan emosi menjadi suatu sasaran yang kita inginkan.


Jika stimuli dipersepsikan sebagai sebuah ancaman …. biasanya rasa tegang muncul dalam bentuk rasa cemas, takut, bahkan fobia. Pada situasi seperti ini kadar hormon Kortisol (hormon penyebab stress kata para dokter) dalam darah akan meningkat. Sebaliknya jika stimuli tersebut dipersepsikan sebagai sebuah tantangan maka ketegangan tersebut dirasakan sebagai hal yang menggembirakan dan menyenangkan. Dalam keadaan seperti ini hormon pengendali stress Dehydroepiandroster one-S (DHEA-S) yang justru meningkat.

Mengutip sebuah tulisan "seseorang yang memahami kesuksesan sebagai sebuah proses pembelajaran dan bekerja dengan hati yang gembira, berpotensi tumbuh dan meraih prestasi terbaiknya."


Itu sebabnya “kecerdasan sikap” sebagai sebuah pengetahuan dan keterampilan hidup perlu dikenalkan kepada kita sejak dini. Tapi untuk itu, seperti ketika kita ingin membangun sebuah pekebunan besar kita perlu melakukan land-clearing, maka dalam soal ini yang kita perlukan adalah mind-clearing (hahahaha....gila donk!)

No comments: