Friday, August 10, 2007

Sehari di Mako Brimob Kelapa Dua

Kemarin (09/08), sebagai peneliti di sebuah lembaga NGO, atasan mengajakku, yang juga asistennya dalam penelitian tersebut, menghadiri acara "Police Donor Meeting" di Mako Brimob Kelapa Dua. Setelah melakukan perjalanan dari kantor NGO dimaksud dengan kawalan PolRaider, bersama beberapa rekan dari UNDP, USAID, British Embassy, Jepang, Australia, dan beberapa orang wartawan kami akhirnya sampai di lokasi yang jaraknya sekitar 45 menit dari Pusat Kota Jakarta.

Di pintu gerbang ada sebuah patung dengan tulisan di bawahnya: "Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan". Ah, pikiranku langsung menerawang, benarkah polisi sekarang telah berubah setelah terpisah dari TNI? Ok, biarlah nanti aku pikirkan, sekarang kita lihat dulu apa sih yang bisa aku dapet di markas seluas 50 Ha ini.


Disambut diruangan pimpinan, kami disuguhi presentasi oleh Wadan Brimob dan Prof. Adrianus Meliala dari Kemitraan. Setelah ramah tamah, kemudian kami diajak menuju markas Gegana. Perjalanan menuju Markas Gegana mesti melewati asrama, berjajar rumah-rumah anggota brimob, yang sempit...meskipun kelihatan masih baru, aku bisa membayangkan bagaimana kehidupan anggota brimob dan keluarga di rumah seperti itu. Dengan lebar hanya sekitar 7 meter atau selebar gawang sepak bola, alangkah sempitnya. Belum lagi harus hidup berjajar rapat begitu. pasti banyak persoalan sosial antar tetangga yang jadi dinamika buat mereka. Pertanyaanya kemudian sampai kapan mereka hidup seperti itu? Kalau para perwiranya kita tidak usah khawatir, karena pasti memiliki rumah yang lebih besar atau bahkan lebih dari satu, plus fasilitas rumah dinas. tapi bagi para lower level ini bagaimana? Setidaknya rumah kecil yang milik mereka sendiri juga nggak punya. Oh, dunia memang aneh.

Sampailah kita di lokasi tempat latihan Gegana, wew...rupanya kami mau disuguhi demo menembak. dan uniknya penembak pertama adalah dua orang wanita dari Satuan Gegana. Ibu2 ini sungguh lihai memegang senjata MP5 yang berkualifikasi serbu canggih. Sambil bercanda dan Ibu2 ini mempraktikkan menembak sasaran. Tapi sayang tidak semua sasaran jatuh...aha...Bu, mungkin ibu lebih jago kalau sasarannya diganti suaminya hehehe...Disusul peragaan-peragaan lain, seperti menmbak balon yang dipegang oleh rekannya. Adegan ini cukup berbahaya kalo salah2 rekannya yang kena tembak. Kami diberi juga kesempatan untuk mencoba menembak...hanya beberapa orang termasuk atasanku yang mencoba, sementara aku cuma asyik motret2 dan merekam beberapa momen. Tampaknya dengan begitu brimob ingin menunjukkan bahwa dengan peralatan yang seadanya mereka tetap serius berlatih dan berusaha profesional sebagai polisi.

Setelah puas di lokasi latihan Gegana, kami kembali menuju semacam lapangan upacara tepat di depan gerbang masuk. Disana, kami disguhi cara-cara penanganan demo sesuai prosedur baku. Menghadapi massa yang secara psikologis membutuhkan penanganan khusus sebenarnya yang dibutuhkan Brimob adalah kesabaran.Bisa dibayangkan ketika mereka dimaki-maki ole pendemo, dengan darah muda yang masih kental, kalau mereka tidak pintar menahan emosi bisa terulang kasus-kasus seperti di masa lalu. Prosedur penanganan aksi bisa bermacam-macam, tergantung sampai dimana level aksi tersebut terjadi. tujuannya adalah bagaimana membuat aksi menjadai lebih damai dan bersahabat. Alat-alat koersif dibutuhkan ketika level aksi memuncak dan berpotensi menimbulkan korban atau kerusakan, maka aksi harus dibubarkan. Caranya pun bisa bermacam-macam, tapi rupanya Brimob sudah mulai menggunakan nilai-nilai kemanusiaan dalam soal ini. Kesadaran yang sudah mulai masuk ini sangat penting sebagai awal menciptakan slogan di gerbang tadi menjadi kenyataan, Brimob yang berani berkorban untuk kemanusiaan.....

No comments: